“Terserah kau mau pilih (bagian tubuh) yang mana, kepalanya atau badannya agar kita sama-sama memilikinya, karena perempuan ini memang isteri dari dua lelaki,” ujar si Hamang sadis.
Dengan sedih, si pangeran memilih bagian kepala Si Bontar yang masih berlumuran darah. Sementra si Hamang dukun sakti pun langsung membawa bagian tubuh perempuan itu, lalu pergi menyeberangi Aek Sibundong. Masing-masing membawa penggalan ‘benda hidup’ yang bukan menjadi ‘bagian kehidupan’. Si Boru Bontar akhirnya tidak menjadi milik si pangeran dan tidak pula jadi milik si dukun hamang. *Ads Franse Sihombing