Jakarta-Mediadelegasi : Kelompok kelas menengah di Indonesia semakin merasakan tekanan ekonomi yang berat. Dengan gaji yang seringkali pas-pasan, mereka seringkali terjebak dalam posisi serba salah: dianggap “tidak cukup susah” untuk menerima bantuan sosial dari pemerintah, namun juga kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Akibatnya, banyak dari mereka yang terpaksa menggunakan tabungan atau bahkan menarik pinjaman untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pada akhirnya, gaji yang seharusnya bisa digunakan untuk investasi atau pengembangan diri, habis hanya untuk membayar cicilan utang.
Ekonom senior Institute for Development Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, mengungkapkan bahwa gejala banyaknya kelas menengah yang semakin terimpit utang dan cicilan ini terlihat dari peningkatan jumlah pinjaman online (pinjol) dan perubahan pola pengeluaran konsumsi masyarakat.
Dari sisi pinjaman, Tauhid mencatat bahwa jumlah masyarakat yang mengakses pinjaman online semakin tinggi, begitu juga dengan total utang yang mereka miliki. Sebaliknya, pertumbuhan kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) justru mengalami penurunan.
“Kredit UMKM trennya itu berkebalikan dengan yang pinjaman online. Walaupun NPL-nya katakanlah di bawah 3%, tapi kan trennya makin tinggi. Menunjukkan bahwa dari sisi itu kelas menengah makin sulit,” kata Tauhid.
Data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga menunjukkan bahwa pertumbuhan tabungan masyarakat dengan saldo di bawah Rp 100 juta mengalami perlambatan. Pada periode Juli 2016 hingga Juli 2019, pertumbuhan tabungan tercatat sebesar 26,3%, namun melambat menjadi hanya 11,9% pada periode Juli 2021 hingga Juli 2024.
Pertumbuhan tabungan masyarakat dengan saldo Rp 100 juta hingga Rp 200 juta juga mengalami tren serupa. Pada periode Juli 2016-Juli 2019, tabungan tumbuh 29,4%, sementara pada periode Juli 2021 hingga Juli 2024 hanya tumbuh 13,3%.
“Simpanan di bawah 100 juta, kalau kita lihat data LPS, makin lama makin turun kan, nggak naik-naik. Nah itu menunjukkan kemampuan daya tahan mereka untuk menghadapi goncangan atau kenaikan biaya hidup semakin turun,” jelas Tauhid.






