Medan-Mediadelegasi: Muhammad Muarif Siddiq Manurung, aktivis muda Sumatera Utara mengingatkan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) agar lebih serius mencermati rentannya mental premanisme di Pesantren Kota itu.
“Memalukan, belum setahun kepemimpinan Profesor perempuan itu, sejumlah bentrok, aksi premanisme oknum mahasiswa terjadi,” ungkap Muhammad Muarif Siddiq Manurung, kepada wartawan, Sabtu (11/11), di Medan.
Menurut dia, bentrok yang diduga akibat penyerangan dilakukan oknum mahasiswa berbasis agama dari luar UINSU tentu saja tidak terlepas dari suburnya mental premanisme di dalam kampus.
“Saya hanya ingin menyampaikan, petinggi UINSU saatnya membuat regulasi yang ketat terhadap perkembangan organisasi ekstra kampus dengan membatasi organisasi ekstra yang tidak berbasis intelektual muslim yang memegang teguh etika dan adab sebagai cikal cendikia akademis,” beber Muarif.
Dari dulu masih bernama IAINSU, katanya, di Kampus UINSU hanya ada empat organisasi ekstra kampus, HMI, PMII, IMM dan Himmah yang pola kaderisasinya jelas serta dapat dipertanggungjawabkan secara intelektual akademis.
Muarif mengatakan, peranan dan fungsi Wakil Rektor III idealnya harus mampu mengendalikan perkembangan organisasi ekstra kampus dan hal-hal yang berhubungan dengan kemahasiswaan. “Imej kampus barbar yang mulai terserap masyarakat sangat mengancam kredibilitas pesantren kota sekaliber UINSU,” ujarnya.
Termasuk dengan cerita ‘transaksi haram’ gelar Doktor yang mencuat, Muarif berpendapat, juga bagian dari mental premanisme yang diduga menyusup bebas ke kampus itu.
Hemat saya, lanjut Muarif, memimpin UINSU periode ini tidak cukup dengan sekadar duduk di belakang meja, atau menjadi pembicara seminar di ruangan berpendingin. Rentetan kasus-kasus memalukan, masa lalu hingga saat ini bagai rantai membaja yang memerlukan pemotong melebihi kekuatan baja.
Muarif pun meminta Menteri Agama, mencermati perkembangan UINSU di bawah ‘kabinet’ yang dipimpin Profesor perempuan itu. “Kemampuan kepemimpinan mereka harus terdeteksi secara dini, dan tak perlu segan-segan mengakhirinya, demi citra dan kredibilitas UINSU di mata masyarakat,” katanya.
Bertemu Rektor UHN
Sebagaimana terjadi, pascabentrok di sekitaran Gedung Fakultas Tarbiyah UINSU, Medan Estate, Jumat (10/11), yang mengakibatkan dua orang korban luka-luka berujung dengan pertemuan Rektor Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan dengan Rektor Prof Nurhayati di Kampus UINSU.
Nurhayati menjelaskan kronologi kejadian, yakni dimulai dari sekelompok orang mengedarai sepedamotor menerobos pengamanan dan masuk ke kampus II UINSU Jalan Willem Iskandar, Medan. Kemudian melakukan pemukulan terhadap beberapa mahasiswa yang diduga sebagai oknum yang mereka cari.
Menurut, Humas UINSU Yuni Salma, pertemuan pimpinan kedua kampus itu, disaksikam Kanit Intelkam Polrestabes Medan didampingi Wakapolsek Percut Sei Tuan AKP Masagus Zailani MH, guna untuk mengantisipasi tafsiran-tafsiran yang tidak tepat terhadap peristiwa itu. D|Red