Presiden RI Jokowi dengan para Menteri selama beberapa kali melakukan kunjungan kerja ke tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba dipastikan telah melihat secara langsung kondisi riil sebagian besar kawasan di sekitar danau tersebut yang sudah gersang dan kerusakan hutannya sudah sangat parah.
Bahkan, Jokowi pernah menyatakan akan menghijaukan kembali kawasan hutan alam Danau Toba dan meninjau ulang izin perusahan-perusahan yang diduga ikut berkontribusi memperparah kerusakan hutan di kawasan Danau Toba, diantaranya perusahaan industri PT Toba Pulp Lestari di Kabupaten Toba.
Sayangnya, hingga saat ini belum ada keputusan resmi dari Pemerintah mengenai rencana pencabutan izin operasional perusahaan industri berbasis pengolahan kayu yang mengandalkan sumber bahan baku dari kawasan Danau Toba tersebut.
Menurut catatan penulis, Presiden bersama para pejabat di tingkat pusat dan daerah sudah dua kali memimpin langsung gerakan penghijauan dengan melalukan penanaman pohon di sekitar Danau Toba, yakni di Kabupaten Toba dan Humbahas.
Sayangnya, aksi tanam pohon itu terkesan masih sebatas seremonial dan hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya.
Penebangan hutan secara tidak terkendali di kawasan Danau Toba, juga menjadi faktor utama penyebab turunnya debit air danau tersebut dan berimbas terhadap pengoperasian turbin pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Sigura-gura yang menjadi sumber energi bagi PT Inalum.
Untuk menggerakan turbin PLTA tersebut agar bisa beroperasi normal, pihak Inalum terpaksa mengeluarkan dana yang cukup besar untuk membuat hujan buatan.
Kegiatan merawat, mengelola, dan memperjuangkan keberadaan hutan di kawasan Danau Toba merupakan salah satu cara untuk meminimalisir bencana alam yang semakin nyata, mulai dari bencana banjir bandang, longsor hingga cuaca ekstrem.
Dalam jangka pendek, salah satu solusi konkret yang perlu segera dilakukan Pemerintah adalah merealisasikan moratorium eksploitasi hutan di kawasan Danau Toba sekaligus menata ulang pengelolaan Geopark Kaldera Toba yang kini terancam dicabut statusnya dalam keanggotaan UNESCO Global Geoparks.
Patut diketahui, kini umat manusia menghadapi besarnya tantangan perubahan iklim sehingga membuat aktivitas melindungi hutan termasuk di kawasan Danau Toba menjadi sangat penting bagi planet bumi.
Satu hal lagi, persoalan hutan itu holistik, tak bisa diselesaikan secara sektoral.
Salam lestari hutan kawasan Danau Toba dan bersahabat dengan alam.
(Penulis adalah aktivis Komunitas Jendela Toba, pegiat lingkungan hidup dan pariwisata Kawasan Danau Toba)