Akibat serangan tersebut, lima anggota Hamas tewas, termasuk putra dari pemimpin Khalil Al Hayya. Meskipun demikian, tidak ada pemimpin senior Hamas yang menjadi korban dalam serangan tersebut. Namun, satu korban tewas lainnya adalah seorang pejabat keamanan Qatar yang juga menghadiri pertemuan penting tersebut. Kematian pejabat Qatar ini menambah berat pelanggaran kedaulatan yang dilakukan Israel.
Peristiwa ini telah memicu gelombang kemarahan dan kecaman dari berbagai pihak. Para pemimpin Arab dan Muslim menganggap serangan ini sebagai tindakan agresif yang tidak bisa dibiarkan. Mereka melihatnya sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan norma-norma diplomatik.
Pertemuan di Doha ini menjadi sinyal kuat bahwa negara-negara Arab dan Muslim tidak akan tinggal diam. Mereka akan bersatu untuk membela kedaulatan salah satu anggotanya dan melindungi kepentingan kolektif mereka. Langkah-langkah yang akan diambil Qatar, yang didukung penuh oleh Liga Arab dan OKI, kemungkinan besar akan berupa respons diplomatik dan politik yang tegas.
Ancaman terhadap normalisasi hubungan dengan Israel yang disebutkan dalam deklarasi adalah peringatan serius. Selama beberapa tahun terakhir, Israel telah berhasil membangun hubungan diplomatik dengan beberapa negara Arab melalui serangkaian kesepakatan yang dimediasi oleh AS. Serangan ini berpotensi merusak semua kemajuan yang telah dicapai dan memicu kembali ketegangan di kawasan.
Dengan demikian, pertemuan darurat di Doha bukan hanya sekadar forum diskusi, melainkan sebuah pernyataan bersama dari kekuatan regional yang ingin menegaskan kembali peran dan posisi mereka dalam dinamika Timur Tengah. Mereka bersatu dalam keyakinan bahwa perdamaian sejati hanya bisa dicapai melalui dialog, penghormatan terhadap kedaulatan, dan pengakuan hak-hak dasar rakyat Palestina. D|Red.
Baca artikel menarik lainnya dari
mediadelegasi.id di GOOGLE NEWS.



