Memudahkan Masyarakat
Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu mengatakan, kondisi geografis Kelurahan Bagan Deli tidak jauh berbeda dengan satu wilayah di Semarang yang disebut Tambak Lorok.
Di daerah tersebut, jumlah kasus stunting cukup banyak, padahal merupakan daerah nelayan yang seharusnya memudahkan masyarakat yang bermukim mendapatkan makanan yang bergizi dan sehat.
“Tetapi di tahun 2018, kami mendapat bantuan dana sekitar Rp 170 Miliar dari Kementerian PUPR untuk penanganan kawasan kumuh. Setelah itu di tahun 2022 ini, kami kembali mendapatkan bantuan dana sebesar Rp300 miliar dari Kementerian PUPR untuk penanggulangan rob,” kata Hevearita yang akrab disapa Ita ini.
Pejabat yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian ini mengatakan, jumlah kasus stunting di Kota Semarang di tahun 2021 lalu tercatat sebanyak 1.367 anak. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menekan jumlah tersebut, mulai dari pemantauan terhadap ibu hamil serta kepastian gizi dan vitaminnya.
Selain itu, Pemerintah Kota Semarang juga menyiapkan anggaran untuk pemberian makan tambahan.
Termasuk juga mengoptimalkan beberapa inovasi seperti SIBENING (Semua Ikut Bergerak Bersama Tangani Stunting) yang diluncurkan bersamaan dengan peringatan Harganas. Kemudian inovasi SAN PIISAN (Sayangi Dampingi Ibu dan Anak).
“Serta pembentukan SASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) di 16 kecamatan yang merupakan program pemberian makanan tambahan, penempatan petugas surveilans kesehatan di setiap kelurahan dan pemantauan ibu hamil,” tambahnya.