Jakarta-Mediadelegasi: Acara pembacaan doa rosario oleh sekelompok mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM) dibubarkan paksa sejumlah warga di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Babakan, Kecamatan Satu, Tangerang Selatan (Tangsel). Pembubaran tersebut berujung penyerangan dan penganiayaan terhadap mahasiswa. Bahkan, satu orang diketahui terluka usai terkena sabetan senjata tajam atau sajam.
Informasi mengenai insiden ini pertama kali dibagikan oleh akun X (dulu Twitter) @KatolikG, yang mengunggah sebuah video ketika sekelompok orang yang diduga warga tengah bersitegang. Akun itu lalu menyebut jika pada bulan Mei ini merupakan salah satu waktu umat katolik berkumpul untuk berdoa bersama.
“Mei adalah bulan Bunda Maria sudah sangat biasa apabila komunitas Rohani berkumpul dan berdoa Rosario,” tertulis dalam akun tersebut yang diunggah pada Senin 6 Mei 2024 pagi ini.
Menurut akun tersebut, kejadian itu berlangsung pada Ahad malam, 5 Mei 2024. Dalam perseteruan itu, terdapat beberapa orang yang diduga membawa senjata tajam. Pihak berwajib disebutkan akan mengusut kasus pembubaran yang disertai dengan penganiayaan tersebut.“Tadi malam mahasiswa Katolik Universitas Pamulang berkumpul di Sebuah rumah di Victor Serpong dan berdoa Rosario, tapi mereka digeruduk pak RT dan warga yang membawa sejam untuk membubarkan dan memukuli para mahasiswa yang sedang berdoa. Beruntung tidak Ada korban jika. Semoga Polisi segera mengusut dan menuntaskan kasus seperti ini, jangan ambil tugas Kami untuk mengampuni,” sebut akun itu.
Lantas, bagaimana sebenarnya kronologi warga bubarkan mahasiswa saat berdoa rosario di Tangerang Selatan atau Tangsel? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Kronologi Pembubaran Mahasiswa di Tangsel
Insiden pembubaran mahasiswa ini terjadi pada Ahad malam, 5 Mei 2024. Saat itu, warga disebutkan keberatan dengan kegiatan sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (UNPAM) yang sedang berdoa rosario di kosan atau rumah kontrakan seorang mahasiswa.Warga yang merasa resah karena kegiatan itu akhirnya memutuskan untuk menegur mereka. Warga mengklaim teguran yang disampaikan Ketua Rukun Tetangga itu tidak digubris, sehingga terjadi baku hantam antara warga dengan kelompok itu.
Ketua Rukun Warga (RW) 002, Marat, mengatakan kegiatan kumpul-kumpul mahasiswa dan mahasiswi Universitas Pamulang tersebut selama ini kerap dikeluhkan tetangga. Hal tersebut lah yang kemudian menjadi pemicu kegeraman warga.
Menurut Marat, kegiatan tersebut tidak pernah dimasalahkan. Namun, banyaknya jumlah mahasiswa yang berkumpul menjadi persoalan. “Sejauh ini memang sudah dikeluhkan sama warga dan akhirnya RT bertindak. Memang rutin kumpul dan ada ibadah juga,” ujarnya, Senin 6 Mei 2024 di Kelurahan Babakan.Sementara itu, terkait pertikaian dan penggunaan senjata tajam, Marat tidak menampiknya. Dia mengaku sudah melarang warganya untuk menggunakan senjata tajam dalam aksi pembubaran itu. Tetapi, menurutnya, hal tersebut berjalan diluar kendali ketika warganya dipukul lebih dulu oleh mahasiswa.
“Itu sudah dilarang sudah. Ada satu memang yang bawa dan emang karena emosi. Pisau dapur. Pertama memang RT menegur, dan memang karena ini rame. Warga saya juga dipukul duluan. Dia dipukul duluan makanya emosi. Dia enggak terima,” kata dia.
Marat mengungkapkan ada satu yang dikabarkan menjadi korban dalam insiden tersebut. “Ada satu orang setahu saya yang memang kena,” ucapnya.
Diketahui, mahasiswa yang menjadi korban tersebut adalah Farhan Rizky Rhomadon. Mahasiswa semester 6 itu ikut diserang dengan senjata tajam saat berusaha melerai keributan antara warga dengan penghuni kos yang sedang berdoa Rosario.
Farhan adalah salah satu penghuni indekos dekat Tempat Kejadian Perkara (TKP). Dia berniat melerai pengeroyokan yang dilakukan warga kepada salah seorang mahasiswa. Namun, ada warga yang tidak terima dengan kehadiran Farhan. Mereka mengira Farhan adalah anggota kelompok mahasiswa yang sedang beribadah.
“Saya pisahin yang ono gak terima ini dipisahin segala macem. Yang ngeroyok gak terima mikirnya saya temannya. Padahal gak kenal. Saya cuma misahin saja, saya netral, gak kenal kanan, gak kenal kiri,” ujarnya.
Akibat perkelahian itu, Farhan terluka dan harus mendapat tiga jahitan di bagian kepala. Sementara itu, ada satu orang lagi yang diduga menjadi korban dalam peristiwa tersebut, dia adalah seorang penghuni rumah kontrakan di lokasi kejadian yang berinisial ACCR.
Insiden itu kemudian dilaporkan ke Polres Tangerang Selatan. Kapolres Tangerang Selatan AKBP Ibnu Bagus Santoso mengatakan polisi langsung bergerak usai menerima laporan. Dia juga mengatakan pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi.“Kami dari Polres Tangerang Selatan menerima laporan diduga pengeroyokan atau penganiayaan yang dilaporkan,” ujarnya di Polres Tangsel Senin malam, 6 Mei 2024.D|Red