Seperti tingkat kesejahteraan guru di Kota Medan dengan Nias dan Tapanuli Selatan atau Samosis tidaklah sama.
“Nah ini yang saya inginkan adalah menyamaratakan seluruh pendidikan yang ada di Indonesia dengan mensejahterakan guru yang ada di Indonesia,” katanya.
Pemilik usaha Sang Pisang itu juga menyoroti minatnya lulus pendidikan sekarang menjadi seorang guru. Salah satunya karena kurangnya kesejahteraan guru. Hal ini dikarenakan adanya label bahwa “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa”.
“Label ini yang mau saya hapus duluan. Melabelkan guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, itu harus dihapus. Karena guru perlu tanda jas supaya mereka sejahtera juga, masak yang sejahtera cuma muridnya, gurunya melarat,” katanya.
Tidak hanya itu, kata Kaesang, dalam kunjungan di Kupang awal bulan lalu, dirinya menemukan anak yang secara gizi tidak bisa terpenuhi. Kondisi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, termasuk kualitas pemikirannya.
“Bagaimana mau belajar, gizi saja tidak bisa terpenuhi secara kapasitas otak mungkin tidak bisa berkembang sebaik anak-anak yang ada di Medan dan Jakarta,” katanya.
Maka dari itu, lanjut Kaesang, diperlukan keseimbangan antara kesejahteraan guru dan pemenuhan gizi yang ada di tingkat SD, SMP dan SMA.
Ia pun setuju dengan program yang diusung oleh pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka terkait makan dan susu gratis bagi anak sekolah.