Dia menegaskan buku yang dibedah itu, dipandang turut menjawab pro dan kontra yang berprasangka negatif atas pemikiran keislaman terkait dengan kehadiran Islam Nusantara di negeri ini.
Menurut Nispul Khoiri, Islam Nusantara bukanlah suatu hal baru. Memang, katanya, Islam Nusantara secara resmi diperkenalkan dan digalakkan oleh NU, pada muktamar ke 33 di Jombang tahun 2015, tetapi secara empiris setidaknya sejak abad ke 16 Islam Nusantara sudah diperaktekkan sebagai hasil interaksi, konstekstualisasi, indeginisasi, interpretasi dan vernakularisasi terhadap ajaran dan nilai–nilai Islam yang universal sesuai dengan realitas sosial–kultural yang ada.
“Islam Nusantara merupakan corak pemikiran yang menegaskan Islam nusantara dalam tataran praktis, sebuah model pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran–ajaran Islam dengan mempertimbangkan tradisi atau budaya lokal, sehingga dalam hal-hal di luar substansi, mampu mengekspresikan model berislam yang khas nusantara dan memberdakan berislam lainnya baik di Timur Tengah, India, Turki dan lainnya,” papar Nispul.
Kebutuhan Masyarakat
Nispul Khoiri lebih jauh menjelaskan, bahwa Islam Nusantara dioreantasikan kepada Islam empiric yang terindegenisasi yakni Islam yang empiric dan destingtif (khas) sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indegenisasi, penerjemahan, vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya dan sastra di Indonesia, dan Adanya pemahaman kontekstual terhadap teks suci dengan mempertimbangkan adat local (Urf) untuk kemaslahatan umat.