Medan-Mediadelegasi: Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia selalu memperingatinya. Mulai dari lingkungan bahkan lorong pemukiman masyarakat, warga kerap semangat dan antusias memperingati hari kemerdekaan itu.
Jelang HUT Kemerdekaan, biasanya kita baru ingat kepada para pejuang kemerdekaan. Baru ingat bahwa negara ini tidak akan merdeka dan kita pun tidak akan bebas menghirup udara kemerdekaan tanpa perjuangan, pengorbanan para pejuang atau laskar yang dengan segala kekurangan baik persenjataan dan lain lain.
Dengan tekad membaja, kekuatan dan keteguhan hati para pejuang atau laskar rakyat Indonesia, maju ke medan pertempuran.
Adalah Suji Hartono, 83 yang saat itu pada tahun 1947 terjadi gencatan senjata. Suji masih bocah berumur 9 tahun dan teman teman seusianya ikut bergabung bersama laskar rakyat yang dipimpin Nip Karim di Medan.
“Saat gencatan senjata pada waktu itu, kita ditipu, sejata kita dilucuti tapi senjata Belanda tidak,” tutur Suji yang tahun 1956 mengikuti pendidikan dan latihan ketentaraan/TNI di Pematangsiantar.
Terkait dengan Laskar Semut, Suji yang ditemui Tim Mediadelegasi belum lama ini bercerita lebih jauh bahwa kerjaan yang dilakukannya bersama empat orang teman sebayanya, berjualan kue di markas atau pos-pos penjagaan Tentara Belanda.
Cerita Suji, yang mereka lakukan menunggu saat para tentara Belanda lengah atau tertidur. Di saat itulah para Laskar Semut bekerja mencuri peluru dari segala jenis senjata yang dimiliki tentara Belanda.
“Kalau tak dapat pelurunya, selonsongannya pun jadi, karena para laskar saat itu sudah ada yang bisa mengisi dan membuat peluru,” katanya.
Saat ini Suji Hartono menjabat sebagai Bendahara di Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Medan. Suji menempati sebuah rumah di kompleks milik LVRI Kota Medan Jalan Masjid, Kelurahan Cinta Damai, Kecamatan Medan Helvetia.
Deretan sebelas pintu atau rumah di kompleks tersebut, kini hanya tinggal dua orang saja Suji Hartono dan Paizan, veteran umum atau pejuang Laskar rakyat yang masih hidup di komplek tersebut.
Yang lain hanya tinggal anak dan keturunan para veteran. Mereka mendapat tunjangan veteran umum sebesar Rp1.600.000 perbulannya dan merasa cukup dan bersyukur dengan nilai tunjangan tersebut.
Di akhir cerita Suji berpesan utuk generasi milenial sekarang, agar berperan mengisi kemerdekaan. “Bantulah rakyat yang susah jangan malah menyusahkan, hindari menggunakan narkoba dan perbuatan yang tak baik,” katanya. D|Med-54