UNPRI Anugerahkan Gelar Ilmuwan Yang Berpengaruh pada Prof. Taruna Ikrar

UNPRI Anegerahkan Gelar ilmuwan Yang Berpengaruh pada Prof. Taruna Ikrar
Kepala BPOM RI Prof dr Taruna Ikrar, Ph.D, M.Biomed (kelima kanan) dan Menteri Hukum Dr Supratman Agtas (kelima kiri) foto bersama Rektor Universitas Prima (UNPRI) Indonesia Prof. Dr Crismis Novalinda Ginting, M.Kes (kiri) dan para dosen Unpri seusai acara Orasi ilmiah Prof. dr Taruna Ikrar, Ph.D, M.Biomed., di ballroom kampus UNPRI Medan, Sabtu (4/1). Foto: ist

Medan-Mediadelegasi: Universitas Prima (UNPRI)  Indonesia Medan menganugerahkan  gelar Ilmuwan Yang  Berpengaruh di Indonesia kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI yang juga Pakar Farmakologi  Prof. dr Taruna Ikrar,  Ph.D, M.Biomed.

Penganugerahan gelar Ilmuwan Berpengaruh di Indonesia tersebut  diserahkan langsung Rektor UNPRIi Prof Dr Crismis Novalinda Ginting, M.Kes,  dalam rangkaian acara Orasi ilmiah  Prof. dr Taruna Ikrar,  Ph.D, M.Biomed.,  di ballroom kampus Unpri Medan,  Sabtu (4/1).

“Semoga dengan penganugerahan ini semakin meningkatkan pengabdian Bapak Prof. dr Taruna Ikrar,  Ph.D, M.Biomed,  dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus,” kata Rektor UNPRI Prof Dr Crismis Novalinda Ginting, M.Kes.

Bacaan Lainnya

Turut hadir dalam acara itu,  antara lain Menteri Hukum Dr Supratman Agtas, Penjabat Sekda Provinsi  Sumatera Utara (Sumut)  Effendy  Pohan. serta  sejumlah rektor dari berbagai perguruan tinggi.

Prof. dr Taruna Ikrar,  Ph.D, M.Biomed dalam orasi ilmiahnya,   memaparkan bahwa silent pandemic atau resistensi antibiotik pada tubuh seseorang yang diakibatkan oleh antimikroba menjadi ancaman serius dunia.

Resistensi antimikroba kini menjadi fenomena biologis kompleks yang mengancam kemampuan manusia dalam mengendalikan mikroorganisme berbahaya.

Menurut Taruna,   penggunaan antibiotik yang tidak rasional, baik dalam bidang kesehatan manusia maupun peternakan, menjadi pendorong utama.

“Ketika antibiotik digunakan secara berlebihan atau tidak tepat, hal ini menciptakan tekanan seleksi yang kuat bagi mikroorganisme untuk beradaptasi dan berkembang,” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas)  Makassar itu

Di Indonesia sendiri, tambah Taruna, resistensi antimikroba memiliki dimensi kompleks yang dipengaruhi oleh faktor geografis, demografis, dan sistem kesehatan.

Sebagai negara dengan keragaman ekologis dan praktik kesehatan yang beragam, Indonesia menghadapi tantangan unik dalam mengendalikan penyebaran mikroorganisme resisten.

“Dibutuhkan strategi nasional yang adaptif, berbasis riset, dan mempertimbangkan konteks lokal,” katanya.  D/Red

Pos terkait