“Ini menjadi pelajaran untuk kita, karena beliau (Subandi) dan yang lainnya yang hidupnya mungkin tidak seberuntung kita, masih menunjukkan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita yang hidup berkecukupan, harusnya lebih banyak bersyukur dan beribadah. Agama apapun itu, jangan lupa mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita,” sebut Wagub.
Usai bercengkrama, Wagub pun mengantarkan kepulangan Subandi hingga ke halaman rumah dinas. Baginya, menjadi insan yang takwa, tidak harus menunggu waktu.
Tetapi setiap saat, seorang hamba harus menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. “Nanti saya datang ke sana ya pak, kita atur waktunya,” ujar Wagub yang kemudian memberikan bantuan kepada Subandi.
Diterima dengan baik oleh Wagub di rumah dinas, Subandi pun terharu dan tidak menyangka pimpinan pemerintahan di Sumut langsung mengundangnya untuk hadir. Ia yang tinggal berdua bersama istri, bahkan tidak pernah membayangkan dan bermimpi bisa bertemu Wagub Musa Rajekshah.
Termasuk pada Pilgub 2018 lalu, ia lupa nama pasangan Eramas yang tertera di tenda becaknya. “Ya ini lah (yang saya pilih), Bapak ini,” kata Subandi yang lupa menyebutkan nama Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah.
Subandi pun mengaku kesehariannya, terkadang ia melakukan kerja sampingan dengan menjaga parkir. Selama 10 tahun menarik becak ia lakukan, empat tahun pertama masih becak dayung.
Karena sudah dilarang, maka ia beranikan menyicil betor agar tetap bisa mencari nafkah. Sedangkan untuk pengajian, dirinya mengaku sudah 6 tahun mengikutinya dengan rutin dari beberapa masjid di antaranya Masjid Takwa Starban dan Masjid Al-Jihad Jalan Abdullah Lubis.
“Saya senang sekali bisa bertemu Bapak ini (Wagub). Mimpi pun saya tidak. Karena kemarin itu becak saya sempat jim (rusak). Jadi ada orang yang datang terus dibawa ke bengkel, saya tidak tahu siapa. Ini sekarang sudah bagus, sudah bisa narik. Terima kasih kepada Bapak (Wagub), semoga sehat dan murah rezeki,” ucapnya, sambil berpamitan kepada Wagub. D|Med-54