Keluarga pasien Aria Raja Sianturi disarankan untuk membawa Aria ke salah satu rumah sakit di Medan. Hal itu langsung memicu protes dari keluarga sehingga suasana rumah sakit menjadi ricuh.
“Pasien yang sedang kritis harus kami larikan ke Medan tanpa surat rujukan. Padahal, pasien sudah dibius sebagai persiapan operasi. Entah karena apa, operasi tidak jadi dilakukan,” kata Sihombinh sembari mengancam akan menempuh jalur hukum.
Permasalahan belum berakhir sampai di situ Setelah menerima perlakuan seperti itu, pihak keluarga kesulitan menemukan ambulance dan perawat yang akan menemani keluarga membawa pasien ke Medan.
“Kondisi pasien saat itu sudah kritis, tapi mereka masih menyarankan menunggu perawat. Bisa saja ada perawat khusus untuk pasien yang dirujuk, tapi apakah harus kaku dengan kodisi seperti itu,” sebutnya.
Sementara itu Direktur RSUD Sidikalang, dr Sugito Panjaitan yang dikonfirmasi wartawan, Selasa (19/10) melalui pesan elektronik meminta waktu untuk memberi penjelasan. “Sabar, sebentar lagi ya,” tulis Sugito dalam pesan singkat dari ponselnya.
Belakangan Sugito membernarkan adanya kerusakan pada alat operasi di RSUD Sidikalang. “Pasien dengan diagnosa peritonitis, rencana operasi tetapi dalam persiapan operasi ada gangguan pada alat operasi, maka pasien tidak jadi dioperasi dan pasien dirujuk ke rumah sakit di Medan,” tulisnya.
Ketika ditanyakan, apakah tindakan memberikan suntikan bius kepada pasien tapi tidak jadi operasi itu tidak menyalahi aturan medis, Sugito tidak menjawab.
Sementara, informasi yang diterima dari keluarga pasien, petugas medis menawarkan akan membantu pihak keluarga dalam membiayai perobatan pasien yang mencapai ratusan juta rupiah. D|Red