Dossier itu bukanlah buku atau dokumen yang gampang. Di dalamnya terdapat janji-janji dari badan pengelola, terdapat juga informasi potensi Kaldera Toba Geopark, di samping terdapat international meaning Kaldera Toba itu sendiri.
Pada Februari 2018, tim GKT harus memperbaiki peta deliniasi. Setelah peta garis batas tersebut dikirimkan, maka terbitlah rekomendasi Unesco pada April 2018. Berikutnya, Badan Pengelola GKT memperoleh surat pernyataan lulus dalam persyaratan pertama. Artinya, dossier diterima.
Pada persyaratan tahap ke 2, yaitu kunjungan assessor di bulan Agustus 2018. Pada saat itu Plt Gubernur Sumut memerintahkan BP GKT bersiap-siap, dan mendapat dukung dari Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dan seluruh stakeholder serta partnership.
Mereka yang mendukung termasuk perusahaan-perusahaan di sekitar Danau Toba, yaitu PT Inalum, Pertamina. Dukungan lain datang dari Bank Indonesia dan Pelindo.
Setelah itu Tim BP GKT pergi ke Yunani untuk mengikuti Kursus Geopark yang diselenggarakan Unesco selama 40 hari. Di situlah, Unesco memandang Indonesia serius.
Kaldera Toba pun berhasil masuk daftar Unesco, setelah dinilai dan diputuskan oleh Unesco Global Geopark Council pada Konferensi Internasional Unesco Global Geopark ke-IV di Lombok, Indonesia, pada tanggal 31 Agustus s/d 2 September 2019. Selanjutnya 7 Juli 2020 Unesco resmi menetapkan Kaldera Toba Global Geopark.
Unesco meyakini bahwa Kaldera Toba memiliki kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal khususnya dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati. Dalam konteks inilah, negara anggota Unesco mendukung Kaldera Toba dilestarikan dan dilindungi sebagai bagian dari UGG.
Unesco memberi enam masukan atau rekomendasi bagi Indonesia sebagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
