“Saya berharap skema kerja magang melalui program summer job ini, ini saya kira bagus. Mahasiswa-mahasiswa kita di Luar Negeri biasanya juga ambil itu, jadi tukang petik, buah apel, anggur di pertanian gitu. Kemudian kalau di kelautan ya mensortir, memilah-milah ikan hasil tangkapan, itu biasa,” lanjut Muhadjir.Lebih lanjut, Muhadjir menuturkan, mahasiwa seharusnya memang perlu untuk melakukan eksplorasi dan memiliki pengalaman yang berbeda.
“Dia akan punya pengalaman, misalnya pengalaman bagaimana bekerja di luar negeri, apalagi juga bersama-sama dengan pekerja-pekerja yang ada di sana tentang kedisiplinan, tentang etos kerja,” tuturnya.Akan tetapi, dirinya mengakui bahwa pemerintah masih perlu membenahi prosedur dan kepastian dari program magang tersebut. “Memang saya kira nanti harus kita rapikan sih prosedur pemagangan,” imbuh Muhadjir.Pembenahan tersebut yakni, menurut dia, termasuk dengan perjanjian insentif dan juga jenis pekerjaan. Bahkan, Muhadjir menilai, jika perlu, pemerintah bisa membuat lembaga khusus untuk menangani hal tersebut.
“Jadi menurut saya kalau ini bisa dilembagakan, diatur yang lebih rapih program bekerja musim libur atau summer job ini saya kira bagus untuk dijadikan bagian dari program pemagangan,” ujarnya.Adapun hingga saat ini, praktik TPPO berkedok magang telah menelan 1.047 korban dari 33 universitas di Indonesia. Para pelaku mengiming-imingi korban dengan program magang di Jerman, dan menjebak dalam program Ferienjob.
Banyak korban dugaan TPPO dengan modus mengirim mahasiswa magang ke Jerman yang masih enggan untuk memberikan kesaksian. Alasannya diduga karena mereka merasa terintimidasi dan tidak berani angkat bicara.D|Red