Berikutnya melanjutkan pendidikan di Fakultas Usuluddin IAIN Imam Bonjol Padang Sidimpuan sampai tingkat dua (1971) dan dilanjutkan pendidikan sarjana pindah kuliah di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1972 hingga memperoleh Sarjana Muda tahun 1974 dan Sarjana Lengkap tahun 1977.
Selama menjadi seorang mahasiswa di Yogyakarta, bukanlah hal sulit baginya untuk beradaptasi di lingkungan komunitas Jawa seperti Yogyakarta apalagi kebayakan mahasiswa mayoritas suku Jawa. Namun potensi dan kemampuan dimiliki Abbas junior, mampu menjadikannya bersahabat dengan lingkungannya hingga mengantarkannya menjadi tokoh mahasiswa yang notabenenya sulit bagi seseorang berlatang belakang suku minoritas seperti orang Mandailing di tengah mayoritas orang suku Jawa.
Dalam perjalanannya sebagai mahasiswa dia mampu menduduki jabatan Ketua Komisariat Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) IAIN Sunan Kalijaga sebagai sebuah organisasi besar di tingkat mahasiswa.
Ekspektasinya semakain terukur ketika menjabat Sekretaris Senat Mahasiswa Fakultas Adab dan Ketua Umum Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Sunan Kali Jaga tahun 1975-1977, sebuah pencapaian besar pada tingkat mahasiswa sungguh didambakan setiap mahasiswa manapun. Anak Sumatera ini pun dikenal, populer dan disegani tidak saja di almamaternya, tetapi di kalangan tokoh-tokoh mahasiswa Perguruan Tinggi di Yokyakarta.
Dalam dirinya mengalirkan kader pergerakan (PMII) yang berorientasi kepada zikir, pikir dan amal saleh menjadikan dirinya matang sebagai seorang mahasiswa dan alumni.
BACA JUGA: Nispul Khoiri: Pers Memiliki Peran Strategis Pembawa Perubahan
Pendidik dan Peneliti
Setelah menyelesaikan pendidikan Sarjana Lengkap di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Abbas menentukan arah penting dalam hidupnya yakni ke mana akan mengabdikan dirinya pascakesarjanaannya. Pilihan itupun dia jatuhkan sebagai pendidik dan tenaga pengajar di IAIN Sumut, hingga menjelang pensiunnya sebagai dosen di UIN Sumut.