Medan-Mediadelegasi : Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan tren pelemahannya dalam beberapa waktu ke depan. Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 16.720 hingga Rp 16.870 per dolar AS.
Prediksi ini muncul meskipun terdapat beberapa sentimen positif yang seharusnya dapat menopang penguatan rupiah, seperti revisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
“Untuk Rupiah sendiri kemungkinan besar di perdagangan hari ini masih akan melemah, ada kemungkinan besar di Rp 16.720 sampai Rp 16.870,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (24/9/2025).
Ibrahim menjelaskan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh kombinasi faktor global dan domestik yang belum stabil. Ketidakpastian ini membuat rupiah sulit untuk menguat secara signifikan.
Salah satu faktor domestik yang menjadi perhatian utama adalah proses penyesuaian pasar terhadap pergantian Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa.
Menurut Ibrahim, euforia pasar terhadap kepemimpinan Sri Mulyani belum sepenuhnya beralih ke Purbaya. Hal ini menciptakan keraguan di kalangan investor.
“Indikasi tentang ekonomi di Indonesia terutama adalah pasca pergantian antara Sri Mulyani ke Purbaya, ini memang membuat satu penyesuaian dari pelaku pasar yang dulu sempat begitu antusias dengan kebijakan-kebijakan dari Sri Mulyani saat ini sedang sedikit mengalami penurunan,” jelasnya.
Ibrahim menilai bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Purbaya Yudhi Sadewa sejauh ini belum memberikan sinyal kuat yang dapat menenangkan pasar.
Kondisi ini membuat rupiah menjadi lebih rentan terhadap guncangan eksternal. Investor saat ini menunggu arah kebijakan fiskal yang lebih jelas agar keyakinan pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia kembali meningkat.
“Kemudian di sisi lain pun juga kita melihat bahwa kebijakan-kebijakan saat ini pun juga masih belum diterima oleh pasar, ya apa yang dilakukan oleh Purbaya,” imbuhnya.
Selain faktor domestik, tekanan terhadap rupiah juga berasal dari dinamika global yang semakin kompleks.






