Presiden Marcos Jr. Janjikan Pejabat Korupsi Proyek Banjir Filipina Masuk Penjara Sebelum Natal

Presiden Filipina Janji Penjarakan Koruptor Proyek Pengendalian Banjir Sebelum Natal. Foto: Ist.

Medan-Mediadelegasi: Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., membuat pernyataan mengejutkan pada Kamis (13/11/2025) bahwa puluhan pejabat berpengaruh dan pengusaha kaya yang diduga terlibat dalam skandal korupsi proyek pengendalian banjir akan dijebloskan ke penjara sebelum Natal.

Pernyataan tegas ini disampaikan di tengah meningkatnya kemarahan publik dan serangkaian protes jalanan di seluruh negeri.

Marcos mengatakan bahwa komisi pencari fakta independen yang ia bentuk telah mengajukan tuntutan pidana atas gratifikasi, korupsi, dan penjarahan — pelanggaran yang tidak bisa dijamin bebas — terhadap sedikitnya 37 senator, anggota Kongres, dan tokoh bisnis. Selain itu, 86 eksekutif perusahaan konstruksi dan sembilan pejabat pemerintah juga dituntut karena diduga menghindari pajak hampir 9 miliar peso (USD 152 juta).

Bacaan Lainnya

Skandal ini menjadi isu sensitif di Filipina, negara yang sangat rentan terhadap topan dan banjir besar. Kritik publik semakin keras setelah serangkaian bencana melanda dalam beberapa minggu terakhir.

Topan Kalmaegi menewaskan sedikitnya 232 orang, sementara Topan Super Fung-wong yang menyusul beberapa hari kemudian menewaskan 27 orang dan menyebabkan banjir serta longsor luas.

“Saya tahu bahwa sebelum Natal, banyak dari mereka yang terlibat akan selesai kasusnya dan masuk penjara,” ujar Marcos dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, seraya menambahkan masih banyak anomali lain yang akan terungkap. “Kami tidak mengajukan kasus untuk pencitraan. Kami mengajukan kasus untuk memenjarakan orang.”

Marcos menegaskan bahwa laporan ini merupakan tindak lanjut atas janji pemberantasan korupsi yang ia sampaikan dalam pidato kenegaraan pada Juli lalu. Skandal tersebut memicu gelombang demonstrasi, termasuk aksi tiga hari yang dijadwalkan akhir pekan ini dan protes besar lain pada 30 November.

Di tengah situasi memanas, Wakil Presiden Sara Duterte—yang memiliki hubungan politik tegang dengan Marcos—melontarkan kritik keras. Ia menyebut presiden harus turut bertanggung jawab karena menandatangani anggaran negara 2025 yang memuat alokasi proyek-proyek bermasalah. “Dia punya kekurangan besar dalam pekerjaannya, sehingga sebenarnya dia pun bisa dipenjara,” ujarnya.

Marcos juga mengungkap bahwa Dewan Anti Pencucian Uang telah membekukan aset para tersangka, termasuk 1.671 rekening bank, 144 properti, 244 kendaraan, dan aset lain senilai 6,3 miliar peso (USD 107 juta). Biro Bea Cukai juga menyita 13 mobil mewah milik para tersangka, dan beberapa di antaranya telah dilelang.

Pos terkait