“Hingga awal November 2024, sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mulai memasuki awal musim hujan. Namun, wilayah di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diprediksi baru akan memasuki musim hujan pada awal Desember. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko banjir lahar hujan di sekitar lereng gunung tersebut,” jelas Guswanto.
Selama sepuluh hari ke depan, cuaca di NTT secara umum diprediksi cerah berawan hingga hujan ringan. Kendati demikian, ada potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah seperti Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, Ende, sebagian Alor, sebagian Sikka, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.
Guswanto mengingatkan bahwa potensi hujan yang masih tinggi di NTT berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi basah, termasuk banjir lahar hujan di sekitar wilayah yang terdampak bencana, khususnya di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki.
“BMKG mengimbau masyarakat di kawasan tersebut untuk tetap tenang, tetapi terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” lanjut Guswanto.
Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani ikut menambahkan, berdasarkan pantauan dinamika atmosfer terkini tampak potensi peningkatan intensitas cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.
Suhu muka laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara memberikan suplai kelembapan cukup tinggi ke atmosfer, sehingga mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intens.
Kemudian, faktor labilitas atmosfer lokal meningkatkan peluang hujan lebat, petir, dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan.
Potensi pertumbuhan awan hujan kategori tinggi, yakni lebih dari 70 persen, juga terdeteksi di sebagian besar Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dengan kondisi ini, maka intensitas hujan diperkirakan lebih dominan di wilayah-wilayah yang sudah masuk musim hujan.