Mengubur dalam-dalam arogansi sebagai ‘makluk kelas satu dunia’ yang ‘serba bisa’, jangan konyol menerobos lorong kekuasaan dengan kekuatan tinta.
Sejumlah kasus yang dialami jurnalis belakangan ini di Sumatera Utara, cukup menggores keprihatinan bahkan menguap duka. Wartawan dibunuh dengan cara sadis, kendaraan dibakar, rumah dibakar, diteror dan diintimidasi adalah satu ujian bagi kesepakatan bangsa, menjadikan hukum sebagai panglima. Kode Etik Jurnalistik, termasuk akhlak, adab dan budaya dalam pesan agama menjadi penangkal paling ampuh dari kezaliman pihak yang tidak senang dengan aktivitas para kuli tinta. Memberangus kezaliman menggunakan tinta, belum sepenuhnya terlindungi oleh ‘panglima’. Hati-hatilah!*