Menurut Pesta Manurung, tidak sedikit pekerja TPL adalah jemaat HKBP, sehingga merasa kecewa atas seruan itu.
Desakan penutupan seluruh kegiatan operasional PT TPL, lanjutnya, dipastikan tidak memberikan solusi konkret, melainkan hanya membuat ribuan orang kehilangan pekerjaan, termasuk sejumlah perusahaan yang selama ini menjadi mitra kerja PT TPL.
Seharusnya, lanjut dia, perusahaan industri ini tetap dipertahankan sebagai sektor strategis, didukung dengan regulasi yang protektif dan diberi berbagai kemudahan agar bisa bertahan di tengah persaingan pasar global.
Dalam kondisi seperti ini, tanpa perlindungan yang memadai disertai dukungan semua pihak termasuk masyarakat, kelangsungan usaha PT TPL sebagai perusahaan industri berorientasi ekspor hampir dapat dipastikan bakal terancam hanya dan tinggal menunggu waktu untuk benar-benar lumpuh.
Oleh karena itu, pihaknya menyatakan tidak sependapat dengan berbagai tudingan miring maupun seruan penutupan PT TPL, seperti yang disampaikan Ephorus HKBP Victor Tinambunan.
“Mengingat kontribusi sosial perusahaan yang signifikan melalui program CSR kepada masyarakat di sekitar wilayah operasional, ada baiknya agar pernyataan tersebut dapat ditinjau kembali atau dikaji secara lebih adil dan menyeluruh,” tuturnya.
Ephorus sebagai pemimpin tertinggi dalam konteks gereja HKPB, menurut Pesta Manurung, sah-sah saja menyampaikan saran dan kritik terhadap PT TPL jika ada hal-hal yang dianggap merugikan masyarakat di Tanah Batak.
Namun, kata dia, penyampaian saran maupun kritik tersebut lebih tepat dibahas dalam forum dialog terbuka dengan melibatkan pemerintah, PT TPL dan segenap pemangku kepentingan lainnya. D|Red
Baca artikel menarik lainnya dari
mediadelegasi.id di GOOGLE NEWS.