Jakarta-Mediadelegasi : Artis sekaligus anggota DPR nonaktif dari Fraksi Partai Nasdem, Nafa Urbach, harus berurusan dengan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI. Ia dilaporkan atas pernyataannya terkait tunjangan anggota DPR yang dianggap memicu reaksi negatif di masyarakat.
Ketua MKD DPR, Nazaruddin Dek Gam, mengungkapkan alasan pelaporan Nafa Urbach dalam persidangan MKD di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (3/11/2025).
“Teradu Saudari Nafa Urbach atas pernyataannya yang telah memberikan kesan hedon dan tamak, dengan menyampaikan bahwa kenaikan gaji dan tunjangan itu sebuah kepantasan dan wajar bagi anggota DPR RI,” ujar Nazaruddin Dek Gam.
MKD sendiri tengah menggelar sidang perdana terhadap lima anggota DPR nonaktif seusai aksi unjuk rasa yang terjadi pada 25-31 Agustus 2025 lalu.
Selain Nafa Urbach, anggota DPR lain yang turut diadukan adalah Ahmad Sahroni (Fraksi Nasdem), Adies Kadir (Fraksi Golkar), Surya Utama (Uya Kuya), dan Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio) dari Fraksi PAN.
Kasus ini bermula ketika Nafa Urbach menjadi sorotan publik setelah menyatakan dukungan terhadap tunjangan rumah anggota DPR sebesar Rp 50 juta per bulan.
Dalam siaran langsung melalui akun TikTok-nya, Nafa Urbach menjelaskan bahwa tunjangan tersebut bukanlah kenaikan fasilitas, melainkan kompensasi atas rumah jabatan yang kini tidak lagi disediakan oleh negara.
Menurut Nafa, anggota dewan kini harus menyewa rumah sendiri karena berasal dari berbagai daerah dan membutuhkan tempat tinggal dekat kantor agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif.
Ia bahkan mencontohkan dirinya sendiri yang tinggal di Bintaro dan harus menghadapi kemacetan parah saat menuju kantor DPR di Senayan.
“Dewan itu tidak dapat rumah jabatan, dikarenakan banyak sekali anggota dewan yang dari luar kota, banyak sekali anggota dewan yang kontrak di dekat Senayan, supaya memudahkan mereka untuk ke DPR, ke kantor,” kata Nafa Urbach.
Pernyataan Nafa Urbach tersebut menuai gelombang kritik dari masyarakat yang menganggapnya tidak peka terhadap kondisi ekonomi yang sedang sulit.






